Sore itu Sabtu 10 Desember 2016 saya bersama seorang teman (Firman) meluncur Madiun menuju tempat kost seorang teman namanya Putu. Aslinya Putu orang Malang juga, karena ada tuntutan kerja akhirnya dia ambil kos di Madiun. Sebelum berangkat ada isu pendakian Lawu tutup karena badai, tapi entah kenapa tetap hati ini ingin berangkat saja.
Akhirnya dalam perjalanan dpt sms dr temen kalau pendakian tutup. Wah smakin galau. Bertepatan dgn itu ada seorang tmn dari Surabaya (Alwi) gagal melakukan pendakian ke gunung Gede Parango disebabkan masih tutup ada 17 pendaki yang tersesat dan satu meninggal. Akhirnya dia ikut meluncur ke Madiun naik bus. Ya sudahlah dengan sdikit pupus harapan kita berangkat saja. Berharap dapat Lawu, tapi seandainya memang tutup paling gak kita belok ke Telaga Sarangan (sedih).
Akhirnya di perjalanan aku bernazar, andai liburanku ini di ijinkan oleh Allah berdiri di puncak Lawu aku akan membaca surat Yasin sampe selesai.
Tempat kost Putu banyak buah mangga dan jeruk sampe jatuh-jatuh. Lumayanlah sedikit menghilangkan penat dan galau.
Selasa, 13 Desember 2016
Pendakian Lawu 3.265 mdpl
Akhirnya pukul 13.30 kita meluncur pos pendakian. Alhamdulillah buka. Gunung Lawu (3.265 m) berdiri kokoh diperbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, banyak menyimpan sejuta misteri dan legenda. Dalam legenda Gunung Lawu dipercayai sebagai tempat bertapanya Raden Brawijaya atau dikenal dengan Sunan Lawu setelah mengundurkan diri dari kerajaan Majapahit, dan beliau dipercaya sebagai penguasa seluruh makhluk yang ada di Gunung Lawu.
Gunung Lawu juga mempunyai kawah yang namanya sangat terkenal yakni Kawah Condrodimuko, yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat menggodok tokoh pewayangan yaitu Raden Gatutkaca, salah satu putra (ralat) dari Pandawa Lima.
Desa Cemoro Sewu maupun dukuh Cemoro kandang yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer merupakan gerbang pendakian ke puncak Lawu atau lebih dikenal dengan nama Argo Dumilah, letaknya berada tidak jauh dari kota dan dilintasi oleh jalan raya tertinggi di pulau Jawa yaitu sekitar 1.878 meter dari permukaan air laut. Karena letaknya yang mudah dijangkau, Gunung Lawu ini banyak dikunjungi pendaki pada Minggu dan hari-hari libur. Bahkan pada bulan Suro (Tahun Baru menurut penanggalan Jawa), kita akan menemui bahwa mereka yang mendaki bukan saja untuk ke puncak gunung Lawu, tetapi juga banyak diantaranya adalah peziarah, pertapa dan berbagai tujuan lainnya.
Akhirnya kita ber-4 mengawali pendakian dengan Basmallah hingga turun.
Alhamdulillah tidak dapat hujan mulai dari naik sampai turun. Setelah kembali di post perijinan bersih-bersih badan terus sholat, barulah hujan turun dengan derasnya.
Alhamdulillah....
A
Akhirnya kita ber-4 mengawali pendakian dengan Basmallah hingga turun.
Alhamdulillah tidak dapat hujan mulai dari naik sampai turun. Setelah kembali di post perijinan bersih-bersih badan terus sholat, barulah hujan turun dengan derasnya.
Alhamdulillah....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar