Rabu, 25 Januari 2017

Mt. Bromo

21-22 Januari 2017 diminta tolong mengantar temen buat acara preewed dia.
Kita berangkat ber-8 (Selvian, Novi pasangan calon pengantin), Wiwin (fotografer), Aku, Fans, cak Yid, mbah Kliyeng, Nick (pelengkap perjalanan)

Minggu, 01 Januari 2017

Mt. Sindoro 3153 Mdpl

Pendakian kali ini dilakukan secara dadakan di karenakan memang libur natal sampai tahun baru dapatnya dadakan. Ada temen namanya Fery, awalnya saya cuma iseng tanya jalur angkutan menuju Gunung Sumbing atau Sindoro dari Malang. Sebelumnya memang kita teman main di gunung jadi sudah biasa. Hasil akhir dari chat itu ternyata kita berdua diel berangkat. Kita memutuskan ke Gunung Sindoro karena memang kita belum pernah ke situ.

Gunung Sindara atau biasa disebut Gunung Sindoro. gunung ini merupakan  gunung vulkano aktifyang  terletak di Jawa Tengah, tepatnya % daerah Temanggung dan berbatasan dengan Wonosobo. Gunung Sindoro miliki ketinggian 3.153 mdpl.

Gunung Sindoro terletak berdampingan dengan Gunung Sumbing, seperti Gunung Merapi dan Merbabu. Basecamp Sindoro dan Basecamp Sumbing pun tidak jauh, hanya terletak beberapa meter saja, basecampnya pun sangat mudah untuk ditemukan karna di depan jalan raya sudah terlihat. Untuk mencapai puncak Sindoro ada dua jalur favorit para pendaki yaitu jalur Kledung dan jalur Sigedang. Sebernanya terdapat beberapa jalur untuk mencapai puncak Gunung Sindoro yaitu Jalur Kledung, Jalur Sigedang, Jalur Sibajak, Jalur Jlumprit. Tapi kali ini kita mengambil jalur Kledung.

Awalnya ingin cari tiket bis dari Malang langsung Wonosobo tapi tiket habis. Mungkin karena mendadak pula  jadinya kita putuskan estafet Malang - Bungur - Magelang - Wonosobo (pos pendakian gunung Sindoro).


Sampailah kita di basecamp, setelah mempersiapkan diri dan melakukan perijinan akhirnya kita mulailah perjalanan itu.
Dari pos perijinan sampai pertengahan pos 2 kita dirawari naik ojek. Akhirnya demi menghemat tenaga juga habis perjalanan panjang itu kita naik ojek dengan biaya 25.000/org.

Menuju pos 1 jalannya jelas dan sudah paving, kita juga  disuguhi hamparan luas ladang warga, yang saat ini lagi panen jagung. Sampai akhirnya sampailah kita di pertengahan menuju pos 2. Warga sekitar memang ramah-ramah. Sebelum melakukan pendakian Fery ditawari rokok sama bapak- bapak ojek. Demi menghargai berhentilah sebentar kita di situ. 

Akhirnya trackingpun dimulai pelan-pelan. Setelah berjalan kira-kira satu jam kita sampai di Pos 2 yang berupa bangunan kayu seperti warung yang sudah tidak berpenghuni, berada di pinggir jalan. Ada kayu memanjang juga untuk sekedar duduk-duduk untuk istirahat sebentar. 

Dari pos 2 menuju pos 3 perjalanan semakin menanjak dan berbatu, dan dari sini juga kita dapat melihat pemandangan Gunung Sumbing, dari pos 2 menuju pos 3 waktu yang ditempuh sekitar 2-3 jam.

Pos 3 merupakan sebuah dataran yang cukup luas, pos 3 ini cocok sekali untuk mendirikan tenda. Untuk trek pendakian dari pos 3 menuju pos 4 akan ditemui jalanan yang cukup curam dan didominasi banyak bebatuan, terkadang tanjakan akan susah untuk di lalui. namun pemandangan pepohonan yang rindang dan alang-lang akan menemani perjalanan.

Akhirnya sore itu, kita memutuskan untuk camp di pos 3 dan mencari tempat yang ada pohon-pohon untuk meghindari angin yang terlalu besar.

Tepat di jam 6 sore keadaan mulai hujan, semakin malam semakin mengerikan karena hujan dibarengi kilatan-kilatan. Yang tadinya memang sudah ngantuk menjadi was-was. Akhirnya kita mencoba tidur dalam keadaan was-was. Hingga subuh tiba hujan belum juga reda, sampai alas tenda sdikit tembus air dan masuk ke dalam.

Pagi itu situasi tidak memungkinkan kita untuk naik ke puncak, tidak ada seorangpun yang naik juga. akhirnya dengan ke egoisan manusia, terutama aku, kita memutuskan muncak perlahan. Tidak lupa sepanjang perjalan cuma dzikir dan doa sebagai teman kami. Waktu tempuh dari pos 3 menuju pos 4 yaitu sekitar 1,5 jam perjalanan.

Pos 4  biasa disebut Batu tanah. Pos ini hanya sebuah dataran, namun tidak disarankan untuk mendirikan tenda karena angin di tempat ini bisa datang tiba-tiba dan akan menerjang tenda.

Alhamdulillah, sampailah kita berdua di puncak. Hanya kita yang berada di situ. Dengan angin yang kencang dan aroma belerang yang menyengat. Bagaimanapun juga kita tidak mau konyol dan memutuskan segera turun.

Dalam perjalanan turun kita hanya bertemu beberapa orang saja yang ikut melanjutkan sampai puncak, karena banyak yang memutuskan turun dari pos 3.

Tiada kata yang bisa saya ucap selain Alhamdulillah...